Namaku Mita Kurniasih, usiaku genap 20 tahun hari ini. Hidup adalah perjuangan 20 tahun yang lalu entah sudah berapa banyak perjuangan yang kulalui, ada yang berhasil dan ada juga yang gagal. Namun didalam hatiku bertahta 'dia yang berusaha lebih keras pasti akan menuai hasil yang lebih daripada dia yang cuma duduk menanti keajaiban'. Dan aku lebih memilih berdarah-darah dan meniti dari nol, daripada hidup dipenuhi dengan nepotisme. Walaupun dunia terkadang membawaku kesana.

Sebagian orang ada yang nyaman berada disekitar banyak orang, ada seseorang yang berada di keramaian namun tetap merasa seperti sendirian. Dia adalah introvert, mimik mukanya tak dapat dibaca hanya dalam beberapa detik, perlu ilmu pemahaman yang dalam untuk mempelajarinya. Dunia seakan milik orang-orang ekstrovert, orang introvert memaknai dunia adalah seperti imajinasi yang tiada sanggup diucapkan Aristoteles kepada Galileo galilei. Dunia ini rumit baginya, imajinasi adalah isi dari otak mereka. Wajar bila orang ekstrovert membutuhkan seorang Mark Zuckerberg yang introvert untuk membuat media sosial bernama Facebook. Lalu sebagian orang ekstrovert sangat terbantu dengan adanya Facebook. Sebenarnya dunia ini saling berkesinambungan antara orang ekstrovert dan orang  introvert. So, saya Mita Kurniasih, #sayaintrovert bagaimana dengan Anda?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf dan terima kasih

Aku meminta maaf Untuk kata hati yang belum ku utarakan Untuk kata dari mulut yang tak pernah terdengar olehmu Untuk harapan yang tak pernah kuwujudkan Untuk mimpi yang tak pernah sirna dalam tidurku, menungguku menjadikannya kenyataan Sekali lagi meminta maaf, pernah berharap padamu, pada matahari agar muncul di kutub utara tiap pagi pada senyummu yang tak pernahntulus untukku Terimakasih pernah membuat seorang gadis kecil di sudut kota bermimpi
Baca selengkapnya

Masih pantaskah?

Kawan, aku tak akan merindukan samudera lagi Kawan, aku tak lagi memandang laut Seperti pandanganku pada dia dulu Kawan, ketika kita berucap tentang mimpi itu, ternyata Tuhan mengabulkan mimpimu dan mengaburkan mimpiku Kawan, apakah pantas kupercaya cinta lagi, setelah hembus anginnya mematahkan sayap cintaku berkali-kali Kawan, apakah pantas kutanyakan pada senja yang meninggalkan pagi, atau malam kelam menenggelamkan bintang Lihat ke dalam mataku lalu artikan semua mimpi yang bergelora didadaku Masih pantaskah aku mendapatkan cinta itu lagi?
Baca selengkapnya